Designer Dossier

Kenali Kisah Maestro Fashion asal Jepang, Issey Miyake!

04 Mar 2024
Related Brands:

Issey Miyake, seorang desainer busana asal Jepang, dikenal luas karena gaya minimalisme dan desain geometrisnya yang unik dan terinspirasi oleh budaya Jepang. Namun, di balik keberhasilannya, terdapat kisah yang mengharukan dari masa kecilnya di kota Hiroshima, yang merupakan tempat lahirnya pada tahun 1938, pada masa yang penuh gejolak menjelang Perang Dunia II yang meletus setahun kemudian. Pada edisi Edit kali ini, voilà.id akan membahas cerita lengkap dari kehidupan Miyake, dari seorang murid desain grafis, hingga maestro mode yang menginspirasi generasi desainer selanjutnya!

The End of World War II

Tragedi besar melanda kota kelahiran Miyake pada tahun 1945, ketika bom nuklir dijatuhkan oleh tentara Amerika Serikat, merenggut nyawa 70.000 orang, termasuk banyak keluarga dan teman Miyake. Meskipun masih berusia tujuh tahun, Miyake selamat dari tragedi tersebut. Namun, pengalaman pahit itu tetap menghantui pikirannya selama bertahun-tahun. Bahkan, ibunya menjadi salah satu korban dari kejadian tersebut.

Meskipun dihadapi pada tragedi besar yang mengubah hidupnya, Miyake menemukan kedamaian dan inspirasi dalam seni. Kejadian traumatis itu justru memotivasi Miyake untuk mengejar karier di bidang seni, dan akhirnya, membawanya ke panggung dunia mode.

Portret Issey Miyake Potret Issey Miyake

Menemukan karya pematung Isamu Noguchi di “Peace Bridge” yang simbolis memicu hasrat Miyake akan kekuatan emosional dari seni. Meskipun awalnya tertarik pada seni lukis, namun paparan terhadap fashion memicu minatnya, yang membawanya untuk belajar desain grafis di Tama University, Tokyo. Meskipun desain grafis tidak sepenuhnya selaras dengan fashion, banyak keahlian yang dipelajari Miyake yang dapat diterjemahkan pada dunia mode. Terinspirasi dari majalah buatan saudaranya, Miyake mengikuti kompetisi desain fashion, tetapi ia kalah karena tidak memiliki latar belakang tradisional dalam fashion seperti pattern making atau membuat pola.

Peace Bridge, Hiroshima "Peace Bridge" di Hiroshima yang menjadi inspirasi besar untuk Miyake

Setelah lulus, Miyake berpindah ke Paris dan belajar Parisian couture. Ini menjadi momen sangat penting pada perjalanan mode Issey Mitake. Magang dengan desainer ternama Guy Laroche dan Hubert De Givenchy menyempurnakan keterampilan Miyake. Namun ia merasa tidak cocok dengan elitisme dari haute couture Prancis. Peristiwa transformatif pada protes Mei 1968 di Paris memperkuat keyakinannya akan pergeseran menuju mode yang lebih mudah diakses dan universal. Pindah ke New York City, Miyake menyerap gaya Amerika sambil membantu Geoffrey Beene, seorang pelopor busana ready to wear.

Namun, komplikasi kesehatan akibat paparan radiasi memaksa Miyake kembali ke Jepang pada tahun 1969. Tak gentar, berbekal beragam pengalaman, Miyake, pada usia 32 tahun, memanfaatkan momen ini untuk mendirikan label eponimnya, memenuhi ambisinya yang telah lama dipegangnya.

Miyake’s First Fashion House

Pada tahun 1970, Issey Miyake meluncurkan label eponimnya, memperkenalkan desain inovatif, terutama mantel yang dihiasi dengan jahitan sashiko. Meskipun sashiko merupakan hal yang tradisional di Jepang, tetapi penerimaannya sangat luar biasa di Amerika Serikat, di mana Bloomingdale’s menawarinya ruang ritel setelah peragaan busana yang sukses.

Pada tahun 1973, Miyake memulai debut koleksi musiman di Paris Fashion Week, memanfaatkan meningkatnya permintaan akan busana ready-to-wear. Pendekatan avant-garde-nya, yang dipengaruhi oleh latar belakangnya yang beragam dalam haute couture Jepang, Prancis, dan pakaian ready-to-wear Amerika, membuatnya sangat berbeda. Meskipun merupakan pendatang baru, Miyake dengan cepat menarik perhatian karena desainnya yang unik dan memiliki nuansa futuristik.

Issey Miyake mengadakan runway show pertamanya di New York pada tahun 1971 dan di Paris pada tahun 1973. Issey Miyake mengadakan runway show pertamanya di New York pada tahun 1971 dan di Paris pada tahun 1973

Memperluas audiensnya dengan koleksi menswear dan membuka butik Issey Miyake pertama pada tahun 1975, Miyake membuat kehadiran yang kuat di pasar mode Prancis yang kompetitif. Bersama dengan desainer Jepang terkenal lainnya seperti Rei Kawakubo dan Yohji Yamamoto, Miyake memelopori sebuah gerakan yang menantang norma-norma fashion konvensional.

Koleksi terobosan Miyake pada tahun 1983, “Bodyworks”, melambangkan kegemarannya dalam bereksperimen, memanfaatkan bahan yang tidak konvensional seperti plastik dan logam. Selain konseptual, Miyake juga mengeksplorasi desain yang praktis dan mudah dikenakan. Pada akhir 1980-an, ia meluncurkan ide revolusioner yang siap mengubah industri mode.

Eksibisi “Bodyworks” dari Issey Miyake pada tahun 1983 Eksibisi “Bodyworks” dari Issey Miyake pada tahun 1983

Pleats, Please and A-POC

Pada akhir tahun 1980-an, Issey Miyake merevolusi mode dengan memperkenalkan pakaian lipit pada tahun 1988. Tidak seperti metode lipit konvensional, pendekatan Miyake melibatkan lipatan kain setelah membuat garmen, sehingga memungkinkan kontrol yang kompleks atas lipatan. Inovasi ini mendapat pujian luas, yang mengarah pada peluncuran lini Pleats Please pada tahun 1994.

Tampilan koleksi Pleats Please Issey Miyake Tampilan koleksi Pleats Please Issey Miyake

Pleats Please merepresentasikan visi Miyake akan busana yang nyaman dan serbaguna untuk pakaian sehari-hari. Popularitas lini ini semakin memperkuat status Miyake sebagai ikon mode. Pada saat yang sama, Miyake terjun ke pasar wewangian, berkolaborasi dengan pembuat parfum Jacques Cavallier untuk menciptakan L’eau d’Issey, aroma bunga menyegarkan yang terinspirasi dari air di kulit, yang kemudian sukses secara komersial.

Campaign anniversary 30 tahun Pleats Please Campaign anniversary 30 tahun Pleats Please

Pada akhir 1990-an, Miyake memperkenalkan A-POC (A Piece of Cloth), sebuah konsep inovatif yang memungkinkan selembar kain diubah menjadi pakaian tiga dimensi dengan menggunakan mesin tenun industri. Usaha eksperimental ini menampilkan pengejaran inovasi tanpa henti dari Miyake dari ia seorang pemuda, hingga saat ia sudah terkenal di dunia mode.

Kreasi A-POC Issey Miyake dan Dai Fujiwara Kreasi A-POC Issey Miyake dan Dai Fujiwara

Miyake’s Influence and Death

Pengaruh Issey Miyake tidak hanya di bidang fashion, namun juga menarik kekaguman dari para visioner seperti Steve Jobs. Ditugaskan oleh Sony untuk mendesain seragam, kreasi Miyake yang sederhana dan fungsional menarik perhatian Jobs. Meskipun pernah mengalami kegagalan dengan rompi karyawan Apple, Jobs dan Miyake menjalin persahabatan yang berakar pada hasrat yang sama terhadap desain.

Tampilan turtleneck desain Issey Miyake pada Miyake dan Steve Jobs Tampilan turtleneck desain Issey Miyake pada Miyake dan Steve Jobs

Turtleneck hitam ikonis Miyake menjadi identik dengan Jobs, yang dikenakan setiap hari hingga wafatnya. Pada tahun 2000-an, Miyake berfokus pada filantropi, meluncurkan proyek-proyek seperti The Issey Miyake Foundation dan membimbing para desainer di bawah labelnya. Meskipun ia mengundurkan diri sebagai direktur kreatif pada tahun 1999, warisan Miyake tetap bertahan dan terus mempengaruhi mode. Pada tahun 2022, Issey Miyake tutup usia karena kanker, meninggalkan dunia mode dengan sejumlah karya ikonis dan referensi desain yang selalu timeless.

Share this article